Kamis, 17 November 2011

AFS : The Third Selection

Udah beberapa minggu lewat setelah seleksi di PB. Tinggal nunggu pengumuman doang, karena kalau aku lulus, aku bakal ikut seleksi ke-3 barengan sama peserta lain di Samarinda untuk yang pertama kalinya. Yippiiii..
Tapi, sampai dua hari sebelum hari seleksi di Samarinda, aku sama sekali nggak dapat pemberitahuan apapun. Mampus dah, lusa udah seleksi. Mana di Samarinda pula. Iya kalau Bontang-Samarinda tinggal lompat doang. Lha, ini kan hampir 3 jam jauhnya. Kalau besok baru dikasih tau, alamakjan, dadakan banget. Tapi, apa kalau misalnya nggak ditelepon, itu berarti gagal? Ah, masa' sih? Kalaupun gagal, kan mestinya dikasihtau juga dong, supaya nggak mendadak galau kayak gini. Aduh, gimana nih?
Yaudah deh, sukses aku galau malam itu. Nanya anak-anak PB yang lain, mereka juga nggak dapet pemberitahuan apapun. Ngecek website chapter, cuma ada pengumuman seleksi 2 buat se-Kaltim. Akhirnya aku nelpon Hasmah, soalnya dia lulus ke tahap 3.

"Has, gimana nih?"
"Yaudah, kamu telepon aja Sensei,"
"Aduh, gitu ya? Telpon ya? Tapi aku harus ngomong apa?"
"Ya, tanya aja kamu lulus apa nggak, gitu. Masalahnya, lusa kan udah tes. Terus, gimana coba nasibmu?"
"Oh, gitu ya? Telepon ya?"
"Iya, telepon aja."
"Atau, pasrah nugguin aja kali, ya? Aku bingung mesti ngomong apa kalau telepon. Telepon nggak ya?"
"Ya ampun, CEPAT SUDAH TELEPON!"

Aduh, bimbang gue, mesti telepon atau nggak ya? Rada-rada nggak berani nelepon. Takutnya dibilang nggak sabaran, takutnya dibilang terlalu obsesi. Takutnya, takutnya, dan seribu takutnya lainnya.
Tapi Juni, gimana mau berhasil, kalau nelpon doang lo takut? Cuma nelepon gituloh, plis deh. Sensei kan orangnya baik, gabakal juga kamu dimarahin. Ayo Juni, kamu harus pastikan sendiri nasib kamu! Kamu pasti bisa! (gilaaaa, cuma nelepon doang galaunya hampir sejam. Kalau dipikir-pikir, kenapa waktu itu aku takut banget nelpon ya?)
Ya akhirnya, kutelpon lah Sensei. Tapi, rupanya eh rupanya, Sensei juga nggak tau hasilnya, soalnya itu bukan tanggung jawab dia. Akhirnya Sensei nyuruh aku nelpon Kak Abbas, ketua chapter Samarinda. Astagaaaa, nelpon Sensei aja udah gemeteran, ini malah disuruh nelpon Ketua Chapter! Sumpah deh, perjuangan buat nelpon aja gila banget. Berkali-kali aku pencet nomornya, terus pas udah nyambung, langsung kututup! Berkali-kali kaya' gitu, sampai aku hapal nomornya. Takut banget.
Tapi, aku berhasil juga nelpon Kak Abbas. Dan ternyata, jengjengjengjeng....

Beliau juga nggak tahu.

Beliau bilang, nasional belum ngasih pemberitahuan apapun tentang hasil seleksi kemarin, dan nyuruh aku nunggu.

Omaigat, terus gimanaaa ini nasibkuuu..

Dan aku nunggu malam itu sambil deg-degan. Bingung mau ngapain. Mau tidur males, mau makan udah kenyang, apalagi mau belajar. Udah nggak mood lah. Nggak tau mesti ngapain.
Akhirnya, sekitar jam 11 malam lewat dikit, Kak Abbas telpon. Pas ngeliat nama beliau di layar HP, langsung dagdigdug banget. Kuangkat, dan allhamdulillah bangeet ternyata aku lulus! Horeeee... Tapi, dari PB yang lulus cuma Zaki doang. Maap ya teman-teman yang lain, jadi merasa nggak enak...
Terus, lansung aja ya ke bagian seleksi, soalnya para pembaca pasti penasaran.. *eaaa *padahal males nulis *emang punya pembaca gitu?
Jadi, seleksi ke-3 ini adalah dinamika kelompok, dimana kita harus bekerja sama dalam kelompok untuk membuat suatu barang. Pas seleksiku, bahan-bahan yang udah disiapin adalah kertas koran, spidol, plastik, gunting, dan selotip. Aku sekelompok sama Zaki, anak cowok Smantig Tenggarong-yang-lupa-siapa-namanya, sama Alisha (kalo gasalah), anak Samarinda. Kelompokku waktu itu memutuskan untuk membuat buket bunga, dengan tiga buah bunga gatau apaan dari kertas koran dan sebuah rumpur layu. Nggak jelek-jelek amatlah hasilnya, walaupun jujur aku kurang puas, soalnya kurang rapi dan kurang elegan aja gitu keliatannya. Anak Smantig itu perannya pasif, cuma diem dan manggut-manggut doang. Mungkin minder kali ya, dikelilingin sama tiga cewek cantik.. Hahahaha.. Alisha bagus, dia punya jiwa pemimpin dan pintar mengarahkan serta punya ide. Zaki juga sama kaya' Alisha. Aku? Wah, gimanaaa yaaa... Hahaha..

tampang-tampang nyolot.. -_____- (Ini kuambil dari FBnya Kak Cindy)
Habis itu, sesi pertanyaan dimulai. Alisha kita tunjuk sebagai juru bicara, walaupun sebenernya semuanya kebagian kesempatan buat ngomong sih. Pokoknya, begitu ditanya makna dari buket bunga yang kita buat, langsung keluar semua kata-kata gombal tingkat tinggi yang super elit. Wah, keren deh pokoknya, padahal aslinya ngibul.

Pokoknya, satu hal di seleksi ini, seberapa kerasnya kita mencoba untuk jaim supaya keliatan oke, nggak bakal bisa. Soalnya waktu untuk membuat barangnya mepet banget, cuma 30 menit. Mana sempet jaim-jaim segala? So, semua sifat asli kita pasti keluar deh, nggak ada yang ditutup-tutupin. Dan jangan egois pas ngomong. Pengen keliatan menonjol sih, sah-sah aja. Tapi, jangan kelewatan.. 
Oya, karena ini adalah pertama kalinya aku ikut seleksi bareng-bareng sama yang lain, jadi ini adalah pertama  kalinya juga aku ketemu dan kenalan sama peserta lain. Rada minder juga sih, soalnya kan mereka pasti udah kenal duluan. Rada nggak enak juga, soalnya pasti pada mikir, ini anak kayaknya di seleksi sebelumnya nggak pernah ada, kok tiba-tiba nongol begitu aja? Nahloh, bisa-bisa nanti pada mikir yang macem-macem. Tapi, yasudahlah. Anaknya asik-asik kok. Syukuuur banget aku punya kesempatan buat ikutan seleksi bareng mereka. =).

So, wish me luck, guys!

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blog Template by BloggerCandy.com