Rabu, 14 Desember 2011

G.A.L.A.U

Aduh mampus initeh gimanaaaa.... Aku gapunya form YES yang asli... Pakenya yang fotokopi tapi dilegalisir gapapa kah yaaa? Aduh, mana Bu Kukuh pergi laaagi.. Terus rekomendasiku pegimanaaaaaaa?
Udahlah, kalau Allah menghendaki, Insya Allah aku bakal pergi. Yang penting udah ikhtiar dan berusaha sekuat tenaga. Sisanya biar doa yang meneruskan. *pasrah

Jealousy



Who is here that never feel jealous to somebody? you? you? *pointing No way, it’s impossible. Everybody must be ever feel jealous. Me too, now I feel jealous to somebody

I first knew her when I was a child. I knew her because she’s a writer. Wow, she was in the same age with me, but she already had her own book. At that time, I really wanted to be a writer too. So, It’s the first time I felt jealous to her. 

Day after day, year after year. I met her again on Twitter, because her tweet been replied by someone that very inspiring to me. Then, I opened her blog and read it. And I realized that she had everything that I want so much. She’s a writer of course, she could taekwondo, she had a happy —very happy— family, she was beautiful but I was more beautiful. And the most important, She looked so close with Allah. Really. She was, like, always dzikir to Allah everytime, and, I don’t know how to say it, but yeah, she looked very close to Him. I feel jealous, very-very jealous. Now she’s in America for student exchange program, that even make me feel more jealous.

Than, more I read her blog, more I realized that, she was not that perfect. She ever made a mistake. She had many negative side too. She is sloppy, she’s an emotional girl, she is too addicted to her idol. She’s not really smart, and the most important is, she also ever felt jealous to someone, just like me. When I read about it, I was very surprised. I thought that she was perfect and had everything, but she felt jealous to someone that she thought better than her in every side.

Then I know, I’ve mastered by a devil of jealousy. When I look to myself, I realized that I already had a happy life. I had a happy family too (well, sometimes I felt angry to them, of course), I had a good score at school, I had really good friends and they loved me, and I had many experienced that maybe she never felt.

And I’m happy with my life.  Really-really happy. We always see the other’s life and then think that OMG-they-have-a-perfect-life-while-my-life-is-suck. We never see our own life and realized that God already give us a great life. We had our own experience and we had our own happines. We supposed feel satisfied with it. And we supposed be grateful to God, to Allah, for give this great life that no one ever had.

So devil of jealousy, GET AWAY FROM ME AND NEVER COME BACK! LET ME FEEL SATISFIED WITH MY OWN LIFE !

Simple Chat

When my family went to Kediri, 

Mom  : Look at that banner. U-NIS-KA. It's an university, but what is UNISKA?   
           Um, University of Kediri?
Me     : No, mom. From where is the "KA"? Kediri is with "KE".
Mom  : So what is it?
Me     : Um, University of KADIRI?
Mom  : ......

Angry

Well, aku lagi marah nih. MARAH BESAR

Sumpah loh ya, aku ini jarang banget marah. Biasanya di situasi yang seharusnya bikin emosi, malah senyam-senyum doang. Itu di permukaan aja sih, aslinya ya tetep marah, dalam hati tapi.Paling cuma semenit doang, setelah itu udah deh, ilang. Good mood lagi. Kenapa ya, aku nggak bisa marah sama orang, apalagi maki-maki, walaupun itu cuma di pesbuk. Kalau marah terus iseng curcol di Facebook, malah bahasanya jadi sopan dan pake EYD. Yah, pokoknya nggak tega aja marahin anak orang (secara gua nggak mau digampar emaknya gitu ha-ha-ha). Makin besar nanti masalahnya, man! Yaudahlah, idup udah susah, kenapa harus dibikin susah lagi. Huahahahau.

Tapi kali ini, sumprit gila aku marah banget-nget, walau nggak sampai teriak-teriak-ngambek-ngamuk gajelas juga sih. Tapi, pokoknya marah banget lah. 

Jadi, kan minggu-minggu ini lagi di neraka ulangan semester. Nah, karena nggak mau lagi dapet rangking 21 (Iya, DUASATU astaghfirullahastaganagaajegilesyalalalalalala), jadi belajar mati-matian deh. Pokoknya minimal, ya, rangkingnya diubah menjadi 2+1 laah (Amin!)... Nah, hari Rabu kemarin, jadwalnya FISIKAcaubalau sama PPKn. Tapi, berhubung Pak Sam amat-sangat-berbudi dalam memberi nilai (dan juga karena otak saya putih total dari yang namanya fisika), jadi aku milih mati-matian ngapalin PPKn yang seabrek-abrek dengan setuluuus hati, ingin mengubah nilai 7 menjadi 8 gitu ceritanyaa.. Serius lho, sampai besoknya pontang-panting ke sekolah gara-gara terlalu asyik ngapalin PPKn (nggak juga sih sebenernya, tiap hari mah juga gitu.. =P).

Dan seperti yang sudah diduga sodara-sodara, daku benar-benar blank pas FISIKAcaubalau jahanam itu. Sumpah, pikiran kosong selama mengerjakan. Aku malah laper selama ngerjain soal-soal. Itulah namanya hukum SOALSUSAHKUADRAT + OTAKKOSONG = PERUT LAPAR berlaku. 


Laaalu, tibalah saatnya PPKn. Wih, udah lumayan pede-lah sama hasil belajarku. Yaah, minimal setengahnya insya Allah bisa deh. Begitu mengerjakan soal, kubaca baik-baik soal-soalnya berkali-kali, lalu menjawab dengan hari-hati. Serius, udah kaya' orang jatuh cinta aku ini sama soal, gara-gara diliatiin terus dengan sepenuh hati.

Tapi lama-lama aku menyadari sesuatu. 
Kalau Bumi itu bulat.

.
.
.
Yaelah, bercanda doang, kok ngambek.. Nggak seru amat sih lo.. <---- (Ngomong ke siapa nih?)

Aku tiba-tiba sadar, kalau jawaban di LJK nya itu berpola. Teratur gitulah pokoknya, nggak acakadut. Dalam hati, eh, tumben Bu Ma** artistik, jawaban soalnya dibikin nyeni. Tapi di akhir ulangan mulai ragu, kok ada beberapa jawabanku yang nggak ngikutin pola. Atau jangan-jangan ini jebakan doang? Yaudah deh, dengan penuh kepasrahan dan kepedean, kukumpul jawabannya. Sudahlah, yang penting sudah belajar mati-matian, begitu pikirku dalam hati.. (Eaaa). Begitu udah ngumpul, tiba-tiba Indahpus, temen aku yang gila-otaknya-kayak-aer-saking-encernya ngomong, 


"Jun, kamu ngikutin titik-titik nggak tadi?"
"Hah?" *denganmuka-mukadongo

"Itu, kan tadi di soalnya ada pilihan jawaban yang dikasih titik-titik, dan itu jawaban yang benar,"

JEDEEER.

Awalnya nggak percaya (SUMPAH LO SERIUS MASA' SIH KOK GUA NGGAK NYADAR). Terus, pas dengan anarkis nyolong masuk ke kelasnya Intan buat ngeliat soal, ternyata beneraaaan!!! GYAAAAAAA!!

Dan disinilah kemarahanku muncul. 

Ncus banget rasanya begitu tau. Aku dibikin patah hati sama soal PPKn. Kok ya dia nggak mau jujur gitu sama aku. 

Dan pas ngeliat teman aku yang selaaaalu nggak pernah mau berusaha belajar setiap ulangan, dengan bangga tertawa-tawa memamerkan kalau dia ngikutin titik-titiknya itu, rasanyaa nyesek banget, sumpah. Pengen banget nangis, tapi ditahan-tahan. Gila, malulah sama anak-anak kalau ketauan nangis cuma gara-gara ulangan PPKn. Ini baru part 1.

Keesokan harinya, pas istirahat habis ulangan KIMIAnjritbanget, ngobrol-ngobrol bareng sama Elphi dan Eka, dan mereka juga nggak nyadar ada titik-titik. Mereka ngasih tau, kalau mereka remidi, dapet enam. Dan Rahayu, classmate yang otaknya-kayak-aer-saking-encernya-juga, dapet 7 dan dia juga nggak sadar.  Gilalah,  dia aja dapet segitu, GIMANA GUEEEE?!  Dan katanya-katanya sih, Bu Ma** sengaja ngasih titik-titik supaya nilai murid-muridnya pada bagus, soalnya pas mid kemaren, nilainya pada ancur semua.

Dan akhirnya aku sukses menggalau di ulangan Prancis. 

IT'S NOT FAIR !

Lebih bangga dapet nilai 6 dari hasil belajar mati-matian daripada 100 tapi juga 100 % nggak murni! Supaya apa Bu Ma** ngasih titik-titik? Apa gunanya kita belajar mati-matian kalau ternyata guru sudah memberi jawaban di soalnya? Membantu murid boleh, tapi nggak gitu juga kali! Asal tau aja, ini semua nggak fair buat siswa yang udah belajar sampai kaya' mau mati! Inikah gunanya ulangan, menjadi ajang pamer nilai-murid-siapa-yang-paling-bagus? Kalau mau nilai muridnya bagus semua, langsung aja kasih 100, nggak perlu pakai ulangan yang ngabis-ngabisin waktu untuk belajar nggak berguna ! Kenapa coba pakai titik-titik, nggak LOPE-LOPE SEKALIAN! Atau umumin aja langsung lewat speaker ke seantero sekolah!
(hasil copas curcolan singkat di kertas soal Prancis)

Selama ulangan itu aku bener-bener marah, bahkan airmata sempet netes beberapa kali. AKU-MARAH-BANGET-SUMPAH. Pengen rasanya aku teriak-teriak, aku maki-maki, aku gampar. Tapi nggak bisa, dan karena nggak bisa itu yang bikin makin nyesek.

Pulang sekolah, aku baru tau kalau temen aku, X, yang selalu nyontek tiap ulangan dan selalu remidi, menyadari keberadaan titik-titik biadab itu.

Dan mau tau berapa nilainya?

SERATUS.

SUMPAH, INI NGGAK ADIL.
Kamis, 01 Desember 2011

Look at Me

Aku ada
Aku manusia
Aku bernyawa
Aku bernapas

Aku ada
Aku duduk di dekat kalian
Aku ikut tertawa bersama kalian
Aku ikut bercanda bersama kalian
 Tapi apakah kalian sadar bahwa aku ada ?

Jangan hiraukan aku
Jangan tak mengacuhkan aku
Jangan palingkan wajah kalian dari aku
Jangan anggap seakan aku tidak ada
Karena aku ada

Aku ada
Aku manusia
Aku punya jiwa
Aku punya hati dan rasa
Aku juga bisa tersakiti dan terluka

Berbicaralah padaku
Tertawalah bersamaku
Tersenyumlah padaku
Tatap aku
Lihat aku

Karena aku ada.
Kamis, 17 November 2011

Sick



Suatu hari di akhir bulan November, nggak tau kenapa jadi kepikiran sama pengumuman seleksi berkas nasional. Ini kok belum diumumin gitu.. Akhirnya, aku iseng-iseng nyari info tentang pengumuman ini dari para peserta yang tahun ini pergi. Dan bukannya serius nyari, aku malah kepincut buat baca cerita mereka selama di negeri orang.


Dan sumpah ya, cerita-ceritanya itu cambuk banget. Nget.


Aku yang dari awal nggak bernafsu amat buat ikutan ini, jadi terbakar. Sampai gosong parah. Tiap hari kerjanya cuma mikirin cerita-cerita mereka, ngayal gimana kalau aku tahun depan beneran pergi. Aku aktif nulis blog lagi cuma buat nyeritain pengalaman aku ikut tes kemarin biar kaya' mereka. Aku udah mikir gimana sekolahku di Amerika, pelajaran apa aja yang bakal kuambil. Bahkan, aku mati-matian meyakinkan temenku buat belajar Tari Dayak untuk penilaian seni, diam-diam supaya aku bisa 'mempersiapkan' kalau benar-benar pergi.


Aku tau, pikiranku sudah terlalu jauh. Jauh banget malah. Ibaratnya kayak mau makan di restoran. Baru dikasih tau rencana makan di resto, kita udah mikir nanti kalau kekenyangan makan gimana, nanti kalau mau boker gimana, nanti kalau salah pesan menu gimana. Padahal ya, sekali lagi, itu kan baru RENCANA, KEMUNGKINAN, HARAPAN. Banyak kemungkinan kalau rencana itu akan gagal. Bisa aja restorannya kebakaran, atau ban mobil kita kempes. Dan kalau kita sudah berharap terlalu tinggi, saat jatuh, pasti rasanya jauh lebih sakit. Aku sadar itu. Aku tau kalau aku gagal, sakit yang aku rasakan pasti sakiiiit banget, nusuk. Aku tau kalau aku gagal, aku nggak bakal bisa nahan diriku buat nggak nangis. 


Aku tau kalau aku gagal, aku pasti bakal bener-bener jatuh banget.


Aku udah nyoba supaya nggak terlalu mikirin hal itu dan mengalihkan perhatian ke hal-hal lain, berusaha mempersiapkan hati seandainya Allah memutuskan kalau isi berkasku bukanlah yang dicari oleh mereka. Tapi, nggak tau kenapa aku nggak bisa. Pas mid, kerjaanku kalau udah males ngerjain soal cuma coret-coret dan ngayal tentang AFS, seolah-olah aku bakal pergi besok. Bangun tidur, hal pertama yang kupikirin adalah AFS dan jantungku berdegup kencang karena mikirin hasil seleksi.


Ini bener-bener nggak sehat. Aku udah sakit. Aku merasa udah bener-bener terobsesi dengan AFS, dan aku takut banget. Takut kalau misalnya aku gagal, aku bakal depresi. Karena seumur hidupku, baru sekarang aku sangat menginginkan seuatu sampai seperti ini.


Tapi ternyata, Allah punya tujuan kenapa aku merasakan perasaan seperti itu akhir-akhir ini. Dan aku merasakannya bukan tanpa alasan. 


Mau tau kenapa?


Tunggu aja ya lanjutannyaa... AHAHAHAHAHAHAHAHA

AFS : National Document Selection

Hooolaaaa~


Astaga, betapa berjamurnya kalau saya baru memposting cerita ini sekarang. Hahahahaha.


Ah, sudahlah. Anjing menggonggong, Juni yang cantik tetap menulis~ Dudududu~


Jadi jadi, beberapa minggu setelah seleksi tahap ke-3, aku pergi ke Bandung with my mom. Mau ngapain? Ya liburan laah.. Sekalian nebeng Mama dinas gitu. Kan gratis jadinya. Okokokokokok *modus


Dan, hari saat aku pergi ke Bandung adalah hari pengumuman Seleksi Tahap 3. Dan ternyata hasilnya baru keluar pas udah nyampe di hotel di Jakarta. Waktu itu aku buka pake HP. Aku belum bilang ke Mama kalau hari ini pengumumannya, jadi kalau gagal, aku bisa diem-diem aja. Hahaha. *jeder


Waktu ngeliat judulnya, hati ini udah joget-joget aja rasanya. Tangan mah, udah dingin banget. Dan pas ku-scroll ke bawah, di urutan yang paling buntut, finally I found my name!


Uwaaaaa~ Rasanya langsung gemeteran ini badan. Langsung aja aku bilang sama Mama. Dan pas kubuka di laptop, soalnya masih nggak percaya, emang beneran ada! Gapapa deh urutan terakhir, yang penting loloos. Kyaaaaa~
Allhamdulillah. (Tapi sayang banget, Hasmah sama Zaki nggak lolos. Sumpah, aku kaget banget lho..)


Tapi itu baru pembukaan. Masalah sebenarnya baru akan dimulai sekarang.. *jengjengjengjeng


Jadi, ternyata aku harus ke Samarinda untuk ngelengkapin berkas-berkas yang kurang. Dan kata Kak Yudhis pas dia nelpon, ngelengkapin berkasnya paling lambat besok.


Ya sodara-sodara, BESOK.. *sengajadiulang *biarberasaefeknyagitchu
Heyyooo, wassap bro, ini gua lagi di Bandung lho, lagi terpisah pulau dari Kalimantaan. Mampus deh gua.


Akhirnya, diputuskan, kalau aku bakal PP Bandung-Samarinda besok, SENDIRIAN. 


Krikrik


Dan akhirnya ya gitu deh, aku naik travel dari Bandung ke Jakarta (sial, kenapa di Bandung nggak ada bandara sih?). Terus, naik pesawat ke Balikpapan (Allhamdulillah naik Garuda.. Wiii, dream comes true~), dan akhirnya naik taksi ke Samarinda. Belibet ya?


Jadi, aku sampai di Samarinda jam 2 siang. Pesawatku buat balik ke Bandung itu jam 6 sore. Samarinda-Balikpapan 2 jam. So, paling nggak aku pergi dari Samarinda jam 4 kan? Dan waktu itu kupikir, waktu 2 jam cukuplah buat ngurus berkas segala macam. Kupikir.


Ternyata, pas sampai di chapter, tau nggak Kak Abbas bilang apa?
Baru bisa ngelengkapin berkas jam 4 nanti.


AstaghfirullahAstagaDragonjlwiwpsgsbhxnxk, mampus, mampus semampus-mampusnya deh.


Aku udah bujuk, udah memohon-mohon, sampai Mama juga udah ngebujuk-bujuk, tapi tetap aja Kak Abbas nggak bergeming. Pokoknya jam 4, titik. (Dan emang sih, di pengumumannya udah ditulis, akunya aja yang dodol nggak baca..)


Pokoknya, wih, waktu itu aku bener-bener ngerasa bingung banget, gatau mau ngapain. Mau nangis, maaf saja, setidaknya nggak di depan banyak orang. Mau marah-marah juga nggak bisa.Pengen banget rasanya loncat-loncat, nonjok, nyakar, daan tindakan-tindakan anarkis lainnya. Okokokokok.


Jadi, aku nelpon supir taksi yang tadi, buat nganter aku makan dulu. Padahal, niat sebenernya sih, mau nangis di dalem taksi. Dan bener aja, begitu di dalam taksi, aku langsung nelpon Hasmah dan curhat sambil nangis frustasi. Dia nenangin, tapi sambil rada-rada nyalahin kebelenganku yang nggak teliti baca pengumuman. Huhuhuhu.. TT


Terus, habis makan, aku sama sopir taksinya pergi ke masjid dekat chapter buat shalat Dhuhur. (Thanks banget ya bapak sopir taksi yang setia nemenin akuu.. =*). Dan disana, aku salat sambil curhat sama Allah dalam hati, berdoa semoga dikasih jalan keluar.


Dan Allah emang nggak pernah ninggalin hamba-Nya ya.. Begitu selesai shalat, Mama langsung nelpon dan bilang kalau pesawatku udah diundur jadi jam 7.30. Jadi aku punya waktu buat nyelesaiin berkas, biarpun cuma 1 jam. Tapi itu juga udah allhamdulillah banget.


Tapi apakah waktu 1 jam emang benar-benar cukup?


Jawabannya : Sama sekali nggak cukup. Udah ngebut setengah mati nulis ulang berkas, lari-lari fotokopi ke seberang dan rasanya pengen menjerit, "WOOOI CEPETAN FOTOKOPINYA!!", tapi tetep aja kebablasan. Aku udah panik banget begitu udah hampir jam 6, dan aku masih belum selesai nyusun berkas-berkasku. Tapi, makasih banget deh buat Kak Yudhis yang udah mau repot-repot bantuin, akhirnya kelar juga.


Tapi, akibatnya adalah, taksi aku MELAYANG selama perjalanan ke Balikpapan saking ngebutnya. Aku udah bener-bener nggak berani tidur dan cuma duduk tegang di kursi. Untung deh nggak mabuk.


Dan rekor nyampe di Balikpapan jam 7 ! Ajegile ebuset, Samarinda-Balikpapan sejam boo.. Zuper sekali! Pengen rasanya kucium itu bapak supir taksi. Cupcupmuaah... =*


Dan allhamdulillah banget, rupanya pesawat aku delay 2 jam sampai jam 9, jadi aku nggak buru-buru banget, masih bisa nyantai. Syukur banget dah.. Tapi, rupanya pesawatku itu penerbangan terakhir, jadi begitu di waiting room, toko-toko udah pada tutup dan lampu udah mulai dimatiin. Jengjengjengjeng..
Tapi itu belum selesai. Begitu nyampe di Jakarta jam 10 malam, kupikir bakal langsung ke Bandung, jadi aku bisa bersua dengan kasur lagi. (Soalnya, supir travelnya sama kaya' yang nganterin aku ke Jakarta, dan beliau baik banget). 


Tapi ternyata, aku harus nunggu di bandara 3 JAM! 


Udah deh, bete banget aku jadinya. Ilfil jadinya aku sama supirnya. Kesel, benci, pengen ngomel-ngomel, bad mood. Aku cuma pengen pulaaaaang... TT
Dan pas akhirnya aku nyampe di Bandung jam 3 malam, langsung tepar deh di kasur.


Tapi, nggak papa deh. Nggak pernah lho sebelumnya, aku ngerasain berbagai macam perasaan dalam 1 hari. Yaa, itung-itung pengalaman lah. Betul tidak? =)

Hijab

Mulai bertanya-tanya, how important is hijab now? Zaman sekarang, jilbab seolah-olah cuma dipandang sebagai "pakaian wajib". Jilbab tidak lagi dipandang sebagai pakaian yang akan melindungi makhluk bernama 'wanita', melindungi kesucian mereka. Jilbab hanya dipakai sebagai aksesoris semata. Ada yang dengan mudahnya pergi ke sekolah dengan jilbab, lalu pulang sekolah auratnya diumbar kemana-kemana. Atau berfoto tanpa mengenakan jilbab. Lebih parahnya lagi, sering kita lihat sekarang, wanita berjilbab pacaran sambil peluk-pelukkan, atau dengan entengnya melakukan sesuatu yang tidak baik.


Helo, kalian kemanakan harga diri jilbab yang kalian pakai itu? Itu memang hanya selembar kain, tapi itulah identitas kita sebagai muslimah.



 Saya tidak mau munafik, jilbab saya bukan jilbab akhwat yang lebar dan rapi. Jilbab saya masih jilbab yang menyesuaikan trend. Saya juga pernah berpikir ingin melepas jilbab saya, ingin memamerkan rambut saya. Tapi di detik itu saya merasa takut, bagaimana pertanggungjawaban saya kepada Allah? Saya sudah terlalu terikat dengan jilbab saya. Dosa saya sudah banyak (sangat), dan saya tidak ingin menambahnya dengan dosa yang lebih besar.



Ingin rasanya kembali ke masa-masa dulu, masa dimana seorang jilbaber adalah -seseorang yang alim, suci, dan indah. Masa-masa dimana keberadaan seorang jilbaber menjadikan sekitarnya merasa syahdu dan tenang.


Semoga iman saya tetap terjaga, sampai nafas terakhir meninggalkan raga ini.

If...

Mama  : Tau nggak, kata papa kemarin, biar laptop mama ini diperbaiki terus 
               kasih ke Nia, terus mama beli laptop baru.
Aku      : Hah? Eh, laptop yang itu masih bisa dipakai kok.. (Iya, masih bisa 
               dipakai.. setengahnya.)*dengan gaya malu-tapi-mau
Mama  : Ah, tapi nanti kalau kamu jadi pergi, pasti dibeliin kok..
Aku      : .... Apa?
Mama  : Iya, nanti kalau kamu pergi, komunikasinya pasti cuma lewat email         
               kan. Lebih  murah daripada nelpon kan?
Aku      : .... (terdiam)
                                                                                 
                                                                               #####
Well, I start to thinking.

Kalimat mama yang terakhir itu bener-bener membuat aku terdiam. Speechless. Nanti kalau kamu pergi... Nanti dengan tanda kutip.
Rasanya, kalau sudah lulus tahap seleksi berkas nasional, emang tinggal selangkaaaah lagi. Selangkah lagi aku bakal pergi. Padahal aku tau, jalanan masih panjang. Iya kalau dapat hostfamily, iya kalau nanti aku bener-bener pergi. Mana aku pengen dapet YES, ya so pasti harus melewati seleksi tahap nasional mameeen..
Tapi aku jadi berpikir, kalau IF I really go. Kalau aku bener-bener (insyaallah semoga) pergi, gimana ya jadinya hidupku nanti? Apa aja yang bakal terjadi? Apa nanti aku bakal baik-baik aja disana, bahagia dan aman sentosa? Gimana jadinya kalau seandainya aku nanti dapat masalah, terus menghancurkan nama baik Indonesia? Apa aja yang bakal aku lewatkan disini selama aku pergi? Dan masih ada seeeriibuuu pertanyaan yang muncul.
Ah sudahlah, jangan berpikir terlalu jauh dulu. Aku harus menjalani apa yang kuhadapi saat ini dulu dengan penuh kesungguhan dan doa. Aku percaya kok, suatu saat mimpi untuk menginjakkan kaki ke tanah Paman Sam bakal terwujud. Amin.
Dan saat itulah, semua pertanyaanku tadi bakal terjawab dengan sendirinya

AFS : The Third Selection

Udah beberapa minggu lewat setelah seleksi di PB. Tinggal nunggu pengumuman doang, karena kalau aku lulus, aku bakal ikut seleksi ke-3 barengan sama peserta lain di Samarinda untuk yang pertama kalinya. Yippiiii..
Tapi, sampai dua hari sebelum hari seleksi di Samarinda, aku sama sekali nggak dapat pemberitahuan apapun. Mampus dah, lusa udah seleksi. Mana di Samarinda pula. Iya kalau Bontang-Samarinda tinggal lompat doang. Lha, ini kan hampir 3 jam jauhnya. Kalau besok baru dikasih tau, alamakjan, dadakan banget. Tapi, apa kalau misalnya nggak ditelepon, itu berarti gagal? Ah, masa' sih? Kalaupun gagal, kan mestinya dikasihtau juga dong, supaya nggak mendadak galau kayak gini. Aduh, gimana nih?
Yaudah deh, sukses aku galau malam itu. Nanya anak-anak PB yang lain, mereka juga nggak dapet pemberitahuan apapun. Ngecek website chapter, cuma ada pengumuman seleksi 2 buat se-Kaltim. Akhirnya aku nelpon Hasmah, soalnya dia lulus ke tahap 3.

"Has, gimana nih?"
"Yaudah, kamu telepon aja Sensei,"
"Aduh, gitu ya? Telpon ya? Tapi aku harus ngomong apa?"
"Ya, tanya aja kamu lulus apa nggak, gitu. Masalahnya, lusa kan udah tes. Terus, gimana coba nasibmu?"
"Oh, gitu ya? Telepon ya?"
"Iya, telepon aja."
"Atau, pasrah nugguin aja kali, ya? Aku bingung mesti ngomong apa kalau telepon. Telepon nggak ya?"
"Ya ampun, CEPAT SUDAH TELEPON!"

Aduh, bimbang gue, mesti telepon atau nggak ya? Rada-rada nggak berani nelepon. Takutnya dibilang nggak sabaran, takutnya dibilang terlalu obsesi. Takutnya, takutnya, dan seribu takutnya lainnya.
Tapi Juni, gimana mau berhasil, kalau nelpon doang lo takut? Cuma nelepon gituloh, plis deh. Sensei kan orangnya baik, gabakal juga kamu dimarahin. Ayo Juni, kamu harus pastikan sendiri nasib kamu! Kamu pasti bisa! (gilaaaa, cuma nelepon doang galaunya hampir sejam. Kalau dipikir-pikir, kenapa waktu itu aku takut banget nelpon ya?)
Ya akhirnya, kutelpon lah Sensei. Tapi, rupanya eh rupanya, Sensei juga nggak tau hasilnya, soalnya itu bukan tanggung jawab dia. Akhirnya Sensei nyuruh aku nelpon Kak Abbas, ketua chapter Samarinda. Astagaaaa, nelpon Sensei aja udah gemeteran, ini malah disuruh nelpon Ketua Chapter! Sumpah deh, perjuangan buat nelpon aja gila banget. Berkali-kali aku pencet nomornya, terus pas udah nyambung, langsung kututup! Berkali-kali kaya' gitu, sampai aku hapal nomornya. Takut banget.
Tapi, aku berhasil juga nelpon Kak Abbas. Dan ternyata, jengjengjengjeng....

Beliau juga nggak tahu.

Beliau bilang, nasional belum ngasih pemberitahuan apapun tentang hasil seleksi kemarin, dan nyuruh aku nunggu.

Omaigat, terus gimanaaa ini nasibkuuu..

Dan aku nunggu malam itu sambil deg-degan. Bingung mau ngapain. Mau tidur males, mau makan udah kenyang, apalagi mau belajar. Udah nggak mood lah. Nggak tau mesti ngapain.
Akhirnya, sekitar jam 11 malam lewat dikit, Kak Abbas telpon. Pas ngeliat nama beliau di layar HP, langsung dagdigdug banget. Kuangkat, dan allhamdulillah bangeet ternyata aku lulus! Horeeee... Tapi, dari PB yang lulus cuma Zaki doang. Maap ya teman-teman yang lain, jadi merasa nggak enak...
Terus, lansung aja ya ke bagian seleksi, soalnya para pembaca pasti penasaran.. *eaaa *padahal males nulis *emang punya pembaca gitu?
Jadi, seleksi ke-3 ini adalah dinamika kelompok, dimana kita harus bekerja sama dalam kelompok untuk membuat suatu barang. Pas seleksiku, bahan-bahan yang udah disiapin adalah kertas koran, spidol, plastik, gunting, dan selotip. Aku sekelompok sama Zaki, anak cowok Smantig Tenggarong-yang-lupa-siapa-namanya, sama Alisha (kalo gasalah), anak Samarinda. Kelompokku waktu itu memutuskan untuk membuat buket bunga, dengan tiga buah bunga gatau apaan dari kertas koran dan sebuah rumpur layu. Nggak jelek-jelek amatlah hasilnya, walaupun jujur aku kurang puas, soalnya kurang rapi dan kurang elegan aja gitu keliatannya. Anak Smantig itu perannya pasif, cuma diem dan manggut-manggut doang. Mungkin minder kali ya, dikelilingin sama tiga cewek cantik.. Hahahaha.. Alisha bagus, dia punya jiwa pemimpin dan pintar mengarahkan serta punya ide. Zaki juga sama kaya' Alisha. Aku? Wah, gimanaaa yaaa... Hahaha..

tampang-tampang nyolot.. -_____- (Ini kuambil dari FBnya Kak Cindy)
Habis itu, sesi pertanyaan dimulai. Alisha kita tunjuk sebagai juru bicara, walaupun sebenernya semuanya kebagian kesempatan buat ngomong sih. Pokoknya, begitu ditanya makna dari buket bunga yang kita buat, langsung keluar semua kata-kata gombal tingkat tinggi yang super elit. Wah, keren deh pokoknya, padahal aslinya ngibul.

Pokoknya, satu hal di seleksi ini, seberapa kerasnya kita mencoba untuk jaim supaya keliatan oke, nggak bakal bisa. Soalnya waktu untuk membuat barangnya mepet banget, cuma 30 menit. Mana sempet jaim-jaim segala? So, semua sifat asli kita pasti keluar deh, nggak ada yang ditutup-tutupin. Dan jangan egois pas ngomong. Pengen keliatan menonjol sih, sah-sah aja. Tapi, jangan kelewatan.. 
Oya, karena ini adalah pertama kalinya aku ikut seleksi bareng-bareng sama yang lain, jadi ini adalah pertama  kalinya juga aku ketemu dan kenalan sama peserta lain. Rada minder juga sih, soalnya kan mereka pasti udah kenal duluan. Rada nggak enak juga, soalnya pasti pada mikir, ini anak kayaknya di seleksi sebelumnya nggak pernah ada, kok tiba-tiba nongol begitu aja? Nahloh, bisa-bisa nanti pada mikir yang macem-macem. Tapi, yasudahlah. Anaknya asik-asik kok. Syukuuur banget aku punya kesempatan buat ikutan seleksi bareng mereka. =).

So, wish me luck, guys!
Sabtu, 22 Oktober 2011

AFS : The Second Selection

Keesokan harinya, aku udah siap di rumah jam 7.45  dan langsung pergi (tumbeeeen). Gamau ngulangin kesalahan kaya' kemarin, takut penilaiannya jadi negatif. Sampai di PB, alamak jaaan, masih kegembok bo pagarnyaa.. Jedeerr.. Mana gerimis lagi, masa' mau nunggu sambil ujan-ujanan? Aku pakai jas hujan sih, tapi dasar jas hujan jelek, rupanya air hujannya malah tembus dan akhirnya bajuku bener-bener basah paraaah. Tau gini mending nggak usah pakai jas ujan.

Akhirnya, aku milih pulang dulu buat ngambil hape. Awalnya, aku udah nyadar hapeku ketinggalan, tapi takut kalau balik, malah terlambat.

Pas balik lagi ke PB, udah ada 3 anak di depan (Aku lupa namanya siapa.. Maap yaa..) lagi ngobrol-ngobrol. Mereka juga gabisa masuk. Akhirnya kita ngobrol-ngobrol di depan gerbang. Terus Zaki, satu peserta yang ternyata temennya Hasmah juga, datang dan bingung kenapa kita pada diluar.

"Lho, kok gamasuk?"

Semuanya pada nunjukin gembok di pagar. Dan Zaki, dengan entengnya, buka pagar kecil disamping pagar besar dan langsung masukin motor. Karena aku bukan anak PB, aku mah cuma oh-oh gitu doang.. Tapi anak-anak lain, yang notabene udah sekolah di PB hampir setengah tahun, ketawa ngakak karena sama sekali ga nyadar ada pagar disitu.

Akhirnya, aku sama anak-anak cewek ngobrol di luar kelas, sementara anak-anak cowok gatau pada kemana. Pas aku liat jam, udah kaget banget.

Sekarang udah hampir jam 9.

Dan dengan kata-kata lain, sensei sama Kak Mahfud terlambat. Satu jam.

Allhamdulillah yaah... Kalau gini ceritanya, berarti kebodoranku kemarin nggak bakal dinilai yang jelek-jelek dong. Panitianya aja sendiri telat. HAHAHAHAHA

Yah, akhirnya sekitar jam 9 lewat dikit, sensei sama Kak Mahfud datang bersama seorang bapak-bapak. Pas aku liat, kok kayaknya aku pernah liat bapak-bapak ini dimanaaa gitu, tapi lupa.

Setelah basa-basi dikit dan ngambil urutan wawancara, yang belum dapat giliran nunggu diluar sambil ngobrol. Karena aku dapat urutan tengah-tengah, ya santai aja. Aku cukup PD kok sama wawancara B.Inggris. Lagian, sensei bilang kalo peserta nggak wajib bisa B.Inggris, karena bisa aja dikirim ke Eropa yang bahasa utamanya sudah pasti bukan Bahasa Inggris.

Tapi karena dibilangin kayak gitu, alhasil temen-temen yang lain, yang ngaku nggak bisa Bahasa Inggris, pada nyantai banget. Malah ada yang pas wawancara jawabnya pake Bahasa Indonesia doang, nggak ada Bahasa Inggrisnya sama sekali, kecuali bilang "Hello", "Good Morning". Dan diakhir, yang wawancaranya full pake Bahasa Inggris cuma aku sama Zaki.

Pas giliranku, rupanya bapak-bapak tadi sama Kak Mahfud yang wawancara. Aku lupa sensei Nasir kemana, di luar kalo gasalah. Lebih banyak bapak-bapak itu yang ngomong, dan Kak Mahfud cuma nyatet-nyatet doang. Nggak ada yang aneh-aneh di wawancara yang ini, biasa aja. Yang ditanyain cuma pengenalan diri, alasan pengen ikut AFS, kendala kalau misalnya sudah diberangkatkan. Allhamdulillah aku jawabnya lancar-lancar aja. Dan aku masih belum ingat pernah liat dimana bapak-bapak ini.

Pas semuanya sudah selesai wawancara, Kita semua disuruh masuk. Kak Mahfud sama bapak yang tadi sibuk nulis-nulis, sementara Sensei Nasir ngeliatin kita video-video gitu di laptopnya. Bukan, bukan video biru kok. Hahaha. Kita ngeliat video acara Jepang yang mirip Supertrap, intinya ngerjain orang-orang dengan peralatan yang canggih, ANJIR SUMPAH LUCU BANGET, nggak lebay. Semua peserta pada ketawa sampai nangis-nangis dan sakit perut, kecuali satu peserta yang anteng banget, kalem.

Terus, kita juga nonton video para AFSers yang sekarang lagi di luar negeri sama video yang ngeliatin perjalanan mereka sampai berhasil. Dan sumpah ya, kedua video itu memotivasi banget. Membangkitkan semangat dan impian kita. Ngeliat mereka foto bareng hostfamily, lagi mainan salju, bareng temen-temen mereka, itu rasanya gimanaa gitu. Rasanya pengen kaya' mereka, pengen ngerasain hal kaya' yang mereka alamin saat ini. Sensei juga cerita dikit pengalamannnya di Jepang dulu, juga memotivasi kita dengan kata-kata yang bagus banget. Pembangkit semangat lah pokoknya.

Terus, akhirnya bapak-bapak itu memperkenalkan diri, namanya Pak Armin. Dan aku langsung inget, kalo dia ini juri pas lomba debat kemaren. Beliau-lah yang pertama kali ngeliat gimana ancurnya daku dalam berdebat. TEREKJES, mampus. Eh, ternyata Pak Armin juga ngenalin aku dari awal. Jadi maaluuu.. HAHAHAHAHA. Beliau sama Kak Mahfud cerita-cerita dikit dan sempet ngasih kata-kata motivasi. Terus, habis  itu kita pulang deh, istirahat.

                                                  ####

Sekitar jam 2an kita balik lagi ke PB. Saatnya wawancara Bahasa Indonesia! Semua anak pada nyantai banget dan percaya diri. Iyalah, secara gitu, wawancara pake bahasa sendiri. Tapi, waktu itu kita nggak tau kalau sebenernya ini adalah wawancara kepribadian. Taunya cuma wawanca pake Bahasa Indonesia. Jadi, ya, kita nggak mikirin kengeriannya kaya' apa. Sialnya, aku dapat urutan terakhir. HUAAAA, lamaaaa...

Satu persatu anak-anak masuk. Ada yang cepet, ada yang lama. Kita yang diluar lagi-lagi cuma ngobrol, atau ngeliatin anak-anak fotografer PB yang lagi moto-moto model gitu. Yang udah selesai wawancara cerita-cerita, kalau tadi dia disuruh unjuk bakat. Hammak ee, matilah sayaa. Mau unjuk bakat apaaa cobaaa.... Kayang ? Makan Kerupuk ? Manjat Pohon ?

Nah pas gilirannya Zaki masuk, ini yang seru. Kita lagi ngobrol-ngobrol di kelas sebelah kelas wawancara. Dia wawancaranya lamaaaa banget, hampir 30 menit. Eh, pas selesai wawancara, dia masuk ke kelas sambil NANGIS ! Ya sodara-sodara, NANGIS! Kagetlah kita semua, dan langsung nanyain kenapa, kenapa, kenapa.. Dia cuma nangis sesenggukan. Mau ngomong, tapi masih belum sanggup. Rama, anak PB juga yang dapat giliran setelah Zaki, cuma bisa ngeliatin dengan pucat, terus jalan pelan-pelan ke kelas wawancara.

Terus setelah agak reda, dia cerita kalau di dalam tadi dia 'dibantai' habis-habisan. Debat sama Kak Mahfud sampai rasanya pengen marah-marah saking keselnya. Pas itu, Zaki udah mau nangis, tPI ditahan. Tapi, pas ditanya, "Kalau seandainya terjadi sesuatu sama ortu kamu, padahal kamu udah di luar, kamu  bakal pulang nggak?", meledaklah tangisannya. Secara, kan bapaknya Zaki baru aja meninggal. Jadi, pertanyaan itu jelas bikin dia sediih banget.

Tiba-tiba Sensei masuk dan ngasih Zaki tisu. Dia juga ikut ngobrol sama kita tentang wawancaranya Zaki. Terus dia nanya sama aku, "Kalau kamu misalnya kaya' gitu, misalnya pas udah disana, ternyata ada apa-apa disini, kamu bakal pulang nggak?". Ya pastilah aku jawab pulang. Gila aja kalo tetep keukuh tinggal disana. Mau jadi anak durhaka?

Sensei bilang, "Semua jawaban nggak ada yang salah. Itu hak kalian buat milih. Dulu sempet ada kakak yang pas pergi, ternyata ayahnya meninggal. Tapi dia milih untuk nggak pulang. Alasannya, satu, dia bakal rugi banget kalau pulang. Pengorbanannya udah banyak banget buat bisa pergi. Belum ada pengalaman yang dia dapat ataupun yang dia sharing disana. Kedua, ngurus visa itu lama. Paling kira-kira seminggu baru selesai. Rugi kan kalau pulang, ternyata yang meninggal udah dikubur. Kalau pulang, bisanya pasti cuma nangis meratapi. Padahal, nangis berlebihan ke orang yang sudah meninggal bakal membuat almarhum menderita kan? Orang meninggal cukup didoain aja, karena itu yang terpenting kan?"

Jawaban Sensei buat aku merenung. Iya juga, sih. Jujur aja, aku paling nggak nyaman kalau udah ngomongin masalah begitu. Pokoknya nggak suka aja.

Nggak berapa lama, Rama keluar. Dia juga nangis, walau nggak separah Zaki. Dan masalahnya sama : keluarga. Waduh, kacau ini. Topik itu adalah topik yang paling nggak aku suka, soalnya bikin suasana jadi canggung dan nggak enak. Belum lagi masalah unjuk bakat. Mau nunjukin apa coba aku?--''

Terus, akhirnya aku masuk. Deg-degan bangetlah, gilaa.. Mana suasana di ruangannya rada-rada gimanaaa gitu, bikin tegang. Bismillahirrahmanirrahim.. Dengan ucapan basmalah, aykhirnya aku duduk di depan Kak Mahfud sama Sensei. 

Awal-awal mah biasa aja, nggak serem amat. Aku disuruh ngenalin diriku dan menceritakan diriku ini kaya' apa, selama dan sekuat-kuatnya mulutku bisa nyerocos. Jadi aku blablabla panjang, intinya sih, menarsiskan diri sendiri.. Ngahahahay. 

Habis itu, mulailah sesi debat yang panjaaaaang banget dan bikin mulut berbisa berbusa dan menghasilkan fenomena pemuncratan jigong maksimal. Kebanyakan aku debat sama Kak Mahfud, sementara Sensei cuma nyatet-nyatet doang, dan sesekali nimbrung. Aku lupa aku debat tentang apa aja, tapi aku inget tentang tema debatku yang terakhir sekaligus yang paling panjang. Pokoknya tentang "Orang Indonesia yang Kuliah di Luar Negeri Terus Kerja di Indonesia adalah Orang Gagal karena Ia Tidak Bisa Mengaplikasikan Ilmunya di Perusahaan Luar Negeri". Aku bingung, karena tema ini sama sekali nggak umum dan aku nggak menduga kalau tema ini bakal dikeluarin. Jujur, aku nggak begitu ngerti tentang topiknya, dan nggak punya banyak info tentang ini. Tapi, sori lah yaaaw, egoku ini gede bangeet. Mana sudi kalah begitu aja. Lebih baik mati saat berjuang! Yeah ! Jadi aku nyerocooos aja ngomongin sesuatu yang bener-bener bullshit yang aku sendiri bingung maksudnya apa, tapi dengan gaya yang meyakinkan doong.. Okokokokok.

Satu tips kalo lagi debat : Kalau udah stuck, bingung mau ngomong apa, tapi nggak mau kalah, ALIHKAN PEMBICARAAN KE TOPIK AWAL DAN BEGITU SETERUSNYA. Jadi, ya, ulang-ulang aja terus pembicaraannya sampai muyak. Hahahahaha. Itu sudah yang aku lakukan selama wawancara. Pokoknya nggak bakal aku mau berlutut sama Kak Mahfud. Mana mukanya pas wawancara bikin jengkel, rasanya pingin ku-skakmat aja. Yaudah, kuajak debat sampai lamaa banget. Terus pas udah nggak-tau-udah-berapa-lama-bumi-berputar, dan temen-temen yang lain udah mulai ngintip-ngintip gelisah di luar, akhirnya Kak Mahfud menghentikan perdebatan. Aku sebenernya legaaa banget, karena itu udah nyaris kalah. Udah gitu, karena keasyikan debat, nggak sempet lagi disuruh unjuk bakat atau ditanyain masalah orangtua. Selamaaat, selamaaat..

Dan tau nggak, udah berapa lama kita debat di dalam? SATU SETENGAH JAM! Mulai jam 4 sampai setengah 6 ! Gilaaa! Padahal aku yang didalem ngerasa bentar banget lho. Dan pas Bu Vivi dateng buat ngeliat, terus duduk di kursi yang habis kududukin, beliau langsung bilang, "Gilaaa,  panaaas bangeet! Kursi Panas ini namanya!".

But, seriously, this is the most inspiring test I ever had in my life. Mana ada lagi coba, TES yang MENYENANGKAN dan MENGINSPIRASI kaya' gini. Pokoknya, asyik bangeet! Aku inget, pas awal-awal, aku pernah ngerasa kesel, buat apa sih pake seleksi-seleksi segala? Tapi, ya ternyata, aku salah (BESAR). Tes ini seruu bangeet! 

Dan aku bersyukur, aku dikasih kesempatan buat ngerasain pengalaman berharga ini. Allhamdulillah... =)
Jumat, 30 September 2011

AFS : The First Selection

Oke, kita lanjutkan ya ceritanyaa..

Jadi, setelah itu, aku nyantai-nyantai aja dulu sambil tukeran info sama Hasmah. Setelah sekitar dua minggu, dia bilang kalau Minggu ini bakal ada seleksi tahap satu.

Waks! Serius? Tapi kok Ms.Talya nggak bilang apa-apa?

Akhirnya aku tanya ke dia. Dan dia bilang, aku juga bakal pergi ke Samarinda hari Minggu nanti, dan aku pergi kesananya hari Sabtu (soalnya tesnya jam 8 pagi). Tapi, aku belum pasti ikut seleksi atau nggak, soalnya Ms. Talya masih mau komunikasi sama AMINEF. Jadilah aku terombang-ambing antara ketidakpastian (Ceileeh...).

Jum'at malam, pas aku lagi di rumah omku, Ada kakak AFS nelpon (sebenernya, dari suaranya lebih pantes dipanggil bapak. Tapi di AFS, semuanya dipanggil kakak, walaupun udah tua). Namanya Kak Nasir. Dia cuma ngasih info aja kalau hari Minggu aku harus ikut tes di Samarinda, dimana-gitu-aku-juga-lupa. Dia juga ngasih tau kalau besok tesnya pengetahuan umum sama buat  essay Bahasa Indonesia. Pengetahuan umumnya pun diambil dari peristiwa-peristiwa penting akhir-akhir ini. Wadoh, kacau. Pas itu aku lagi males-malesnya nonton TV, jadi nggak tau berita. Aku sih iya-iya aja, dan dalam hatiku, "Jadi besok aku beneran pergi ke Samarinda? Asyik, bisa ketemu Hasmah.."

Keesokan harinya, aku ngasih tau Ms. Talya kalo tadi malam ada orang AFS yang nelpon. Dia bilang, tunggu sampai siang ini keputusannya, aku ikut tes apa nggak. Jadilah hari itu aku menggalau seharian. Deg-degan, soalnya kalau beneran ikut, aku sama sekali nggak nyiapin apa-apa.

Siangnya, pas aku lagi latihan upacara, Bu Kukuh manggil aku. Dan beliau bilang, aku nggak usah ke Samarinda. Yipppiie, eh, Yah.. Antara kecewa dan senang. Kecewa karena nggak jadi ketemu Hasmah, dan senang karena nggak jadi ikut tes.

Akhirnya? Ya, aku nggak jadi ikut tes. HAHAHAHAHA

Iya deh, iya, lanjut..

Jadi, aku melewatkan seleksi satu dan dua dengan perasaan galau : Bagaimanakah jadinya nasibku ini? *sigh

Beberapa minggu setelah seleksi tahap dua selesai diadakan di Samarinda, (eh, kenapa bahasaku jadi formal gini?), akhirnya Bu Kukuh bilang kalau aku bakal ikut tes tahap 1 dan dua di SMK Putra Bangsa hari sabtu dan minggu. Kenapa di PB ? Karena disana juga ada ETA, Ms. Rachel yang naudzubillah-subhanallah-cantiknya-amit-amit-deh, dan juga karena peserta yang ikut mayan banyak, ada 9 orang kalogasalah. Bu Kukuh bilang, seharusnya aku nggak ada seleksi, tapi pihak BinaBud Samarinda mewajibkan. Awalnya aku sempet mikir, "Yah, kok ada seleksi segala sih? Males banget.."

Dan pikiran ini akan terbukti salah besar sodara-sodara.

So, jadilah hari sabtu pagi aku udah siap-siap mau pergi ke PB. Tesnya jam tujuh, dan aku baru pergi.....

Jam tujuh kurang lima.

IYA, TAU, BODOR AMAT GUA! MAKANYA BELIIN GUA iPHONE!! (Lho?)

Yah, pokoknya aku udah panik aja. Sebenarnya bangunnya udah pagi, jam lima-an. Tapi gatau kenapa, perginya tetep aja telat. Mana Bu Kukuh nelpon lagi, katanya aku ditunggu di PB. Waks! Yasudahlah, aku langsung aja ngebut.

Mana nggak sempet beli pensil 2B lagi.

Tunggu, pensil 2B? Emang butuh?

Nggak sih, cuma pengen beli doang.

.....

Ya, pokoknya sampai di PB, udah paniklah saya. Aduh, mana malu lagi diliatin anak-anak PB yang ternyata lagi ada acara. Rame pokoknya. Saya menjadi satu-satunya orang yang pake baju formal resmi ala orang yang mau wawancara kerja : Kemeja putih dan celana bahan.(Dan emang ternyata pakaiannya lebih bagus kayak gitu).

Pas celingak-celinguk nyariin ruangan, BU Vivi, guru Bahasa Inggris PB nyamperin dan nyuruh aku masuk ke salah satu ruang kelas di PB. Pas masuk, well, kelasnya bagus.......Dindingnya.

Sumpah, nggak ngocol ini. Dinding kelasnya udah dicat jadi kayak di lautan dengan ikan-ikan. Dan hasilnya emang bagus banget.

Yak, back to the topic, di dalam kelas udah ada 10 anak yang duduk rapi, dan NGGAK ADA SATUPUN YANG KUKENAL. Juga udah ada 2 orang yang kayaknya sih, bapak-bapak panitia. Salah satunya pake kaos AFS, dan dia lagi ngobrol sama guru Bahasa Jepang PB pake bahasa Jepang. Lancar.

Pokoknya, setelah itu, aku masuk terus nari jaipong duduk dengan manis di kursi. Lalu dua orang itu memperkenalkan diri. Bapak yang pake kemeja dan keliatan kaya' dosen itu namanya Kak Mahfud, dan yang pake kaos AFS namanya Sensei Nasir (dipanggil Sensei karena dia dosen bahasa Jepang dan returnee dari Jepang), orang yang sering nelpon-nelpon aku (wah, ini termasuk kalimat ambigu nih.. =P).

Well, ada cerita yang ncuuussss banget berkaitan dengan Sensei Nasir ini. Jadi, dia lagi buka-buka berkas form pendaftaran kita. Terus, pas dia liat fotoku di form, dia sok-sok kaget gitu, terus bilang,

"Kamu yang namanya Juni Arina?"
"Iya, sensei. Kenapa?"
"Masa' sih? Kok di fotonya cantik kaya' orang Arab gitu?"

JLEB. Ncuusssss bangeeet.

Oh, mungkin maksudnya, kok aslinya lebih cantik dari fotonya? *positivethinking

Akhirnya, tes PU pun dilaksanakan!!

Dan, kesanku adalah : GOKIL GILA PARAH ABIS.
Nggak bo'ong, soal-soalnya bikin aku pengen ketawa. Bukan, bukan karena gampang, justru karena susah banget-nget-nget. Nggak nakut-nakutin sih, tapi emang kaya' gitu. Banyak soal-soal yang nggak diduga-duga, dan bener-bener pengetahuan umum yang nggak mungkin diketahui kalau kita nggak up-to-date dan suka baca. Pokoknya yang berkaitan dengan hal-hal yang lagi in banget, walau kadang nggak nyambung. Ya, misalnya :

Nazaruddin, buronan kasus suap Wisma Atlet, tertangkap di Kolombia atas kerjasama Interpol dengan pihak Kepolisian Kolombia.

Negara apakah yang terletak di sebelah timur Kolombia?

Nggak sih, nggak ada soal itu kemarin. Tapi kira-kira modelnya kaya' gitulaah...

Juga ada yang nanyain soal pelukis Indonesia, baju tradisional Korea, Justin Bieber, sampai jumlah Grammy yang pernah didapat sama Beyonce.

Helloo, gua emang pacarnya Tom Felton, tapi mana gua ngitung berapa Grammy yang didapat sama Beyonce? Pokok'e banyaaak kan? (Iye, tau, ganyambung)

Tapi, ngerjainnya fun banget. Aku sih enjoy-enjoy aja, soalnya pertanyaannya aneh-aneh dan gokil. Jadi seolah-olah kaya' ngerjain kuis gitu deh. HAHAHAHAHAHA

Habis istirahat 30 menit (dan aku udah kenalan sama peserta lain), tes mengarang Bahasa Indonesia dimulai. Ada 3 tema, kalau gasalah:

1. Jika kamu menjadi Menteri Pendidikan, apa yang akan kamu lakukan?
2. Jika kamu adalah orangtuamu, apa yang akan kamu katakan pada dirimu sendiri?
3. Jelaskan 5 moto hidup kamu!

Aku bingung yang mana. Mau nomor 1, kayaknya ini topik yang umum deh. Yang nomor 3, aku aja gatau moto hidupku apa... -__- Akhirnya, ya, aku milih nomor 2. Apa yang kutulis? Aku lupa.. Pokoknya aku nulis seolah aku ini Mama yang nulis surat ke aku. Dan kalau gasalah, isi suratnya bisa bikin berkaca-kaca. Aku pas nulis aja udah pengen nangis kok, sambil mikir, gilaaaa, kok bisa sih aku nulis kaya' gini?

Awalnya aku nulis coret-coret di kertas buram yang udah dikasih. Tapi, emang dasar kebiasaan jelek, pas udah stuck nggak ada ide mau nulis apa, aku malah gambar-gambar gajelas di coretan. Akhirnya, ya, pas waktunya udah mau abis, aku nulis buru-buru, nggak sempat pake coretan. Akibatnya, aku ketuker-tuker nulis "Ibu" sama "Mama". Mau ditip-ex, takut nggak rapi. Yasudah, pasrah sajalah.

Dan emang bener, cuma aku yang ambil tema kedua. Hahaha.

AFS : The (Too Late) Beginning

Gilaa, udah lama banget nggak update!!! Sori ye, males soalnya. Tampaknya aku akan berpaling ke Tumblr, wahai blogspot.. Ukyakyakyakyakyakya. *bercanda *sebelumditimpukyangpunyaBlogger *emangyangpunyasiapa?

Ehem ehem, lanjut yaa.. Jujur aja, postingan kali boleh dibilang udah basi banget sampai jamuran soalnya kejadiannya udah lewat berbulan-bulan dan berbintang-bintang yang lalu. Tapi, akhir-akhir ini jadi pengen banget cerita. Yaa, itung-itung sebaga pencerahan buat yang lain lah.. *eaaa

Jadi gini ceritanya. Suatu hari yang kapan aku juga lupa, aku sama Imah lagi ngobrol di depan toilet (percaya nggak percaya, di Smansa, tempat nongkrong paling enak dan asik ya di depan toilet). Tiba-tiba dia menghilang, saat Raja Api menyerang.
.
.
.


Oke, fokus Juni, FOKUS !

Jadi, nggak tau kenapa, tiba-tiba aku lagi mood buat ngomongin tentang pertukaran pelajar. Gatau kenapa, tiba-tiba melintas gitu aja. Yaudah, kita ngobrol tentang pertukaran pelajar deh (Ya iyalah, masa' mau ngomongin Anang-Krisdayanty..). 

Eh,besoknya pas lagi ulangan Biologi, aku dipanggil sama Bu Kukuh, guru Bahasa Inggris aku, keluar kelas. Dan tau nggak beliau ngapain? Tau nggak Tau nggaaaak?! *alaymodenyala

Beliau nawarin aku buat ikut Exchange Student.

Aku langsung bengong gitu. Gilaa, baru kemarin diomongin, hari ini langsung kejadiaan.. Aku ada bakat gitu kali ya jadi penerus Mama Loreng. Bedanya kalau aku, aku adalah Mama Cemong-Cemong. HAHAHAHA *garing

Yah, pokoknya, singkat cerita, pastilah aku mau. Mama yang kukira awalnya nggak bakal ngijinin karena masalah Jilbab, ternyata setuju-setuju aja. Mungkin karena ngeliat Mas Tohari, sepupuku yang udah sering keluar negeri tapi ternyata fine-fine aja.

Tapi, Bu Kukuh bilang kalau cuma aku sendiri yang ikut. Beliau bilang, karena kita punya ETA a.k.a English Teacher Assistant a.k.a Miss Talya Peltzman, maka AMINEF (American Indonesian Exchange Foundation, organisasi yang ngasih beasiswa ke Miss Talya buat ke Indonesia) ngasih jatah satu ETA satu murid buat jadi calon kandidat. Masih calon, karena nantinya bakal diseleksi. Aku ngerasa sayang banget, soalnya pasti seru kalo ikutannya bareng-bareng. Tapi yaudah, disyukurin aja. Oiya, dan waktu itu aku belum tau apa nama programnya, cuma tau Exchange Student doang (dan ternyata namanya adalah AFS).

Singkat cerita, aku dikasih form sama Ms. Talya. Ada 9 lembar. Isinya macem-macem. Ada data diri, prestasi-prestasi, kepribadian, juga lembar buat orangtua (yang isinya pertanyaan-pertanyaan seputar kita).

Aku juga bingung, kok disini nama lembaganya Bina Antabudaya? Bukannya AMINEF? (Belakangan aku baru tau kalau memang program ini Bina Antarbudaya yang memfasilitasi. Entah apa AMINEF kerjasama dengan mereka atau apa, aku juga nggak begitu ngerti sampai sekarang.)

Aku ngisi dengan senang hati, cuma pas bagian kepribadian aja yang rada bingung mau nulis apa. Pas ditanya tentang kekurangan,lancar jawabnyaa.. Tapi pas kelebihan, jadi ngerasa malu buat nulis kelebihan diri aku sendiri. Hahahahaha. Nah, karena bingung itulah, aku jadi males buat nulis. Aku mikir, ah, lagian masih lama dikumpul, nanti-nanti ajalah (Don't try this at home !). Padahal banyak berkas yang harus dikumpulin, kaya' fotokopi ijazah legalisir, surat rekomendasi kepala sekolah, dll. Tapi akunya mah sebodo teuing aja. Jadilah form itu dibiarkan terlantar di sudut kamar.

Beberapa minggu kemudian, tiba-tiba Hasmah, sohib aku yang paling gokil, nelpon aku sambil rada-rada panik gitu (tapi kayaknya dia lagi dalam fase alay deh saat itu).

"Junjunjunjunjunjunjunjun!!!!!! Kamu jadi orang buat rekomendasiin aku  ya? yayayayayaya?"

Hah, rekomendasi apaan coba? Rekomendasi tukang kebon? Kalo itu mah, dengan senang hati~ *kabursebelumditimpukhasmah

Terus dia cerita kalau dia mau ikutan student exchange gitu. Aku kaget, loh, kok samaan sih. Aku udah curiga aja, terus kutanyain deh. Eh, bener rupanya, dia juga mau ikutan AFS !!!! Kyakyakya, seneng banget ada temen senasib.. (Sayang banget, Hilda sobat-aku-yang-paling-gokil-juga nggak ikut. Sempet nyaris terpengaruh aku sama Hasmah, tapi rupanya imannya kuat. Hahahaha). Dia bilang, dari YPK banyak banget yang mau ikut, katanya sekitar 20-an orang. Dan aku pun terpana.. *Ihi, bahasanya..

Kita akhirnya janjian buat ngurus berkas bareng-bareng. Kebetulan, minggu depan sekolah libur soalnya ada UAN, jadi kita janjian mau ke SMP sekalian nostalgia.

Yah, singkat cerita (males ceritain panjang lebar.. =P), kita udah beres ngurus berkas. Nggak ada kendala sih, paling cuma ribet harus bolak-balik rumah-SMP yang jauhnya naudzubillah. Dan besoknya berkas ini sudah harus dikumpul ke Ms. Talya. Malamnya aku buru-buru nyelesaiin formku yang masih bolong-bolong. Gatau sudah apa yang aku tulis, asal aja.. (Salah sendiri nunda-nunda..-______-;). Papa juga cepet-cepet nebelin formnya pake pulpen. Dan akhirnya, sorenya, berkas itu kukasih ke Ms. Talya. Selanjutnya, temennya Ms.Talya yang bakal nganter itu berkas ke kantor BinaBud di Samarinda. Hore, selesaaai~ *syukuran

Terus terus terus?

Nantikan di postingan selanjutnya yaa... AHAHAHAHAHAHA *mintaditimpuk
Selasa, 23 Agustus 2011

Let's Talk 'Bout Love, Gals !

Aku bener-bener bersyukur aku masuk Smansa. Kenapa? Soalnya aku yakin, di Yepeka aku nggak akan nemu "pengalaman-ala-chef remaja" yang biasanya aku baca di novel. Pengalaman kayak apa? Ya, pengalaman tentang cinta misalnyaa.. (Widiiih..)

Bukan, bukan tentang cinta segilima antara Anang-Syahrini-Ashanty-Krisdayanti-Raul Lemos.. Itu mah nggak penting banget.

Teman sebangku aku di kelas XI ini, sebut saja namanya Meme (tunggu, kok jadi kayak berita kriminal ? Ah, abaikan) sekarang sering curhat-curhatan sama aku soal masalah cintanya. Dulu pas kelas X kita nggak akrab-akrab banget.. Tapi, karena di kelas XI IPA 3 yang asalnya dari kelas XB cuma kita berdua (plus sebiji cowok),  Kita jadi akrab deh.

Dia punya pacar, sebut saja (alah!) Aa'. Si Aa' ini lebih tua beberapa tahun. Intinya, si Aa' ini sudah lulus SMA dan sekarang jadi pengacara (PengangguranBanyakAcara). Mereka pacaran tuh, kayak labirin. Mumeeet banget. Awal perkenalan sih, manis banget. Iyalah, mereka kenalan di pabrik gula.

Nggak ding.

Pokoknya, biasalah orang yang fall in love at the first sight. Rasanya di dunia ini cuma ada mereka berdua,
yang lain dianggap kecoak-bertubuh-manusia. Cuma makhluk nggak penting gitu cyin.

Awal pacaran hubungannya sempet nggantung. Perbatasan antara putus dan tidak. Tapi kemudian lanjuut..
Nah, tiba-tiba, tanpa ngasih berita di koran atau pengumuman lewan tengtongtengtong, si Aa' ini bilang mau pergi kerja ke Jogja selama 4 bulan. Okelah kalau dia ngasih taunya sebulan atau setahun sebelum keberangkatan. Lah, ini. Coba tebak, dia ngasih taunya H-1 sebelum pergi. Iya, serius, kurang beberapa jam sebelum dia pergi.

Pacar macam apa itu?

Si Meme jelas aja kaget dan rada gapercaya gitu, soalnya dadakan banget. Akhirnya sehari sebelum Aa' pergi, mereka ketemuan. Dan ketemunya pun sebentar banget, palling cuma sejam. Itupun si Aa' pakai acara terlambat pula. Ketemuannya pun cuma makan terus ngobrol, udah. Sumpah, gajelas banget.

Masalah nggak berenti sampai disitu. Setelah di Jogja, si Aa' ga menghubungi Meme sama sekali. Mending kalo sms.. Atau miskol deh, kalau nggak punya cukup modal. Ini, boro-boro. Parahnya lagi, nomornya si Meme diprotect, jadi nggak bisa nelpon Aa'. Mau nulis di pesbuk, eh, wall-nya Aa' diprotect juga. Nah, lho, kaco deh.

Akhirnya si Aa' sempet sms sama chat lewat fb. Alesannya, HPnya diambil sama bos-nya, jadi dia gabisa nelpon. Dari sini aja udah keliatan aneh. Kalau aku jadi Aa', aku bakal berusaha mati-matian buat telpon pacarku. Mau itu beli hape baru kek, pinjem hape temen kek, atau cara jadul nelpon di wartel pun bakal kulakukan cuma buat dia.. (Ajegile, bersyukurlah kalian yang di masa depan nanti jadi pacarku.. Ahahaha). Tapi ini, cuih, nggak ada usaha. Seolah-olah dia pacaran itu nggak serius, cuma mainin si Meme doang. Anjrit, cowok tempe banget.

Dan parahnya lagi, tiba-tiba si Aa' mutusin si Meme! Lewat pesbuk! Bukan juga lewat chatting, atau nulis di wall si Meme. Lewat statusnya dia sendiri! Mana nulis tanpa mencantumkan siapa yang dimaksud (baca: Meme). Statusnya pun sok puitis, sok galau. Memutuskan secara sepihak, tanpa ngomong langsung, lewat pesbuk! Astagadragon, cemen banget! Cowok macam apa itu?

Si Meme shock, pastinya. Tapi dia nggak nangis-nangis bombai, setidaknya nggak didepanku. Nggak tau deh kalo sendirian. Mungkin udah meluk-meluk tiang sambil muter-muter nyanyi Kalho Naho.

Dia akhirnya bisa chat sama Aa' (baca  : CHAT !). Dan alasan si Aa' mutusin dia adalah karena si Aa' mikir si Meme nggak bakal kuat LDR (Long Distance Relationship) dan bakal sakit hati. Anjir, buaya banget tuh mulut. Bukannya elo yang emang nggak mau terikat, nggak mau usaha buat mempertahankan hubungan? Sumpah, pengen gue lempar ulekan ke si Aa' kalo ketemu ntar. *esmosi

Si Meme ini nggak mau putus, nggak rela. Mana diputusinnya nggak gentle lagi, nggak ngomong langsung. Tapi Aa' ngasih jawabannya nggantung. Nggak jelas, ini jadi putus apa nggak.. Si Meme dibiarkan gitu aja.
Eh, tanpa malu-malu, beberapa hari kemudian, si Aa' chat sm Meme pake sayang-sayangan! Thick-skin banget kan tuh orang ? Si Meme juga, mau-maunya nanggepin. Chatlah mereka berdua bla-bla-bla.

Dan tiba-tiba, Jengjengjeng, si Aa' bilang mau pulang ke Bontang besok! Ngook.. Nggak jelas, memang, aku tau.

Dan, yah, karena liburan, aku nggak bisa nanya sama si Meme progressnya gimana. Mau sms, gada pulsa. *terekjes.

Yang aku tangkep, si Aa' ini nggak serius mau pacaran sama si Meme. Nggak ada sama sekali sikap seorang pacar dalam diri si Aa'. Temenku yang lain malah bilang, jangan-jangan si Aa' ini cuma pura-pura pergi ke Jogja, supaya bisa nguji si Meme. Kalau bener gitu, SUPAYA APA? SUPAYAAA APAA??!! *capslock off

Nah, cuma di Smansa aku bisa denger langsung seorang temen cerita masalah cinta sama aku. Kalau aku di Yepeka, paling gaulnya sama si Haski, Ida, Siska, yang so pasti berjiwa anak-baik dan nggak ada keinginan buat cinta-cintaan segala. Di Smansa, aku bisa ngeliat kalo cinta pun ada berbagai macam cerita. Cerita cinta kayak gitu bukan cuma ada di novel, tapi pada kenyataannya memang ada.

Semoga aku bisa nemu cerita cinta yang indah.
Semoga masalah si Meme cepet selesai.
Semoga si Aa' dimakan wedhus gembel di Jogja.
Semoga Krisdayanti cepet melahirkan. (Lho?)
 

Blog Template by BloggerCandy.com